Pemahaman Dasar Tentang Tasyabbuh
Paket Umroh Ramadhan 2015 ,At-Tasyabbuh melalui bahasa diambil melalui sebutan al-musyabahah yang bertanda meniru atau mencontoh, menjalin atau mengaitkan diri, serta mengikuti. At-Tasybih bertanda peniruan. Serta mutasyabihah berarti mutamatsilat (serupa). Diistilahkan artinya serupa dengannya, meniru dan mengikutinya. Tasyabbuh yang dilarang di dalam Al-Quran serta As-Sunnah secara syar’i adalah menyerupai orang-orang kafir dalam seluruh jenis dan sifatnya, baik dalam aqidah, peribadatan, kebudayaan, maupun dalam pola tingkah laku yang membuktikan ciri khas mereka (kaum kafir).
tasyabbuh yaitu meniru terhadap orang-orang yang tidak shalih
Paket Umroh Bulan Ramadhan 2015 ,Termasuk dalam tasyabbuh adalah meniru terhadap orang-orang yang tidak shalih, meskipun mereka itu dari kalangan kaum muslimin, seperti orang-orang fasik, orang-orang awam serta jahil, atau orang-orang Arab (badui) yang tidak sempurna diennya (keislamannya). Oleh sebab itu,, secara global kita katakan bahwa seluruh sesuatu yang tidak termasuk ciri khusus orang-orang kafir, baik aqidahnya, adat-istiadatnya, peribadatannya, serta hal itu tidak bertentangan dengan nash-nash serta prinsip-prinsip syari’at, atau tidak dicemaskan hendak membawa kepada kerusakan, maka tidak termasuk tasyabbuh. Inilah pengertian secara global.
dibangun di atas pondasi yang dinamakan at-taslim
Paket Umroh Ramadhan 2015 ,Yg pertama kali hendak kita ketahui semacam dinyatakan dalam dalam beberapa peraturan Islam, bahwa dien (Islam) dibangun tadinya pondasi yang dinamakan at-taslim, seperti penyerahan diri secara totalitas kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya.
Sedangkan at-taslim sendiri bermakna membenarkan segala yang diberitahukan Alloh Subhanahu wa Ta’ala tunduk kepada perintah-perintah-Nya serta menjauhi larangan-larangan-Nya. Kemudian membenarkan apa-apa yang disampaikan Rasul-Nya, tunduk kepada perintah beliau, menjauhi larangannya dan mengikuti semua petunjuk-petunjuk beliau.
Jika kita sudah memahami kaidah-kaidah di atas, maka hendaklah seorang muslim untuk:
Paket Umroh Bulan Ramadhan 2015 ,Bertaslim dengan apa-apa yang dibawa Rasululloh Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam.
Merealisasikannya di dalam tiap amal perbuatan. Lalu ajaran yang beliau bawa di antaranya pantangan untuk bertasyabbuh bersama orang-orang kafir.
Sehabis bertaslim, berpikir nyaman dengannya dan percaya penuh dengan yang dikabarkan Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Iman dengan semua yang disyari’atkan-Nya dan mewujudkan dalam perbuatannya, maka tidak dicekal baginya untuk memilih dalam sebab dan musababnya (mempertanyakan kenapa semua itu diharuskan kepada manusia, ed). Maka kita bisa mengatakan, bahwa faktor yang mengakibatkan kita dilarang bertasyabbuh dengan orang-orang kafir banyak sekali sejumlah besar bisa diterima oleh nalar sehat dan fitrah yang suci.
Adapun penyebab timbulnya larangan tersebut, diantaranya:
Segala perbuatan masyarakat kafir pada dasarnya dibangun di atas pondasi kesesatan dlalalah dan kerusakan fasad. Inilah sebetulnya titik tolak seluruh perbuatan dan amalan orang-orang kafir, baik yang bersifat memukau anda maupun tidak, baik yang dzahir (nampak nyata) kerusakannya atau terselubung. Hal ini karena sebenarnya yang menjadi dasar semua pekerjaan orang-orang kafir ialah dlalal (sesat), inhiraf (menyeleweng dari kebenaran), dan fasad (rusak). Baik dalam aqidah, adat-istiadat, ibadah, perayaan-perayaan hari besar, maupun dalam pola tingkah lakunya. Adapun kebaikan yang mereka perbuat hanyalah merupakan suatu pengecualian tertentu. Oleh sebab itu, jika ditemukan dalam mereka perbuatan-perbuatan baik, jadi di sisi Alloh Subhanahu wa Ta’ala tidak menyediakan arti apa saja baginya dan tidak diberi pahala seminimpun. Seperti firman Alloh Subhanahu wa Ta’ala, yang artinya: “Dan Kami hadapi amal yang mereka kerjakan akhirnya Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang beterbangan.” (QS: Al-Furqan: 23)
Hubungan antara sang peniru dengan yang ditiru
Dgn bertasyabbuh bersama orang kafir, maka seorang muslim maka akan menjadi pengikut mereka. Yg bertanda dia telah menentang ataupun memusuhi Alloh Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya. Dan dia akan menyertai jalur orang-orang yang tidak beriman. Padahal dalam perkara ini terdapat petunjuk yang sangat keras sekali, seperti Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman, yang artinya: “Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesuadah pasti hadir kepadanya petunjuk dan menyertai jalannya orang-orang yang tidak beriman, Kami biarkan ia leluasa dengan kesesatannya (yakni menentang Rasul dan menyertai jalan orang-orang kafir,kemudian Kami seret ke pada Jahannam. Lalu Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.” (QS: An-Nisa’: 115)
Hubungan antara sang peniru dengan yang ditiru seperti yang terjadi antara sang pengikut dengan yang dilihat seperti penyerupaan bentuk yang diikutsertakan kecenderungan hati, keperluan untuk menolong serta menyetujui keseluruhan perkataan dan perbuatannya. Dan sikap itulah yang menjadi bagian dari unsur-unsur keimanan, di dimana seorang muslim tidak diminta untuk terlibat ke dalamnya.
Sejumlah besar tasyabbuh mewariskan rasa kagum dan mengokohkan orang-orang kafir. Dari sana timbullah rasa kagum di dalam agama, kebudayaan, pola tingkah laku, perangai, semua kebejatan dan kerusakan yang mereka miliki. Kekagumannya kepada orang kafir tersebut akan berdampak penghinaan kepada As-Sunnah, melecehkan kebenaran beserta petunjuk yang dibawa Rasululloh Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam dan para pendahulu umat ini yang sholeh. Karena barangsiapa yang menyerupai sebuah kaum pasti sepakat dengan fikrah (pemikiran) mereka dan ridla dengan semua aktivitasnya. Inilah gaya kekaguman terhadap mereka. Kebalikannya, ia tidak akan berpikir kagum terhadap semua hal yang bertentangan dengan apa yang dikagumi tersebut.
Musyabbahah (meniru-niru) itu mewariskan mawaddah (kasih sayang), mahabbah (kesetiaan), dan mawalah (loyalitas) terhadap orang-orang yang ditiru tesebut. Karena bagi seorang muslim jika meniru dan mengikuti orang-orang kafir, tidak bisa tidak, dalam hatinya ada rasa ilfah (akrab dan bersahabat) dengan mereka. Dan rasa akrab dan bersahabat ini akan tumbuh menjadi mahabbah (cinta), ridla beserta bersahabat kepada orang-orang yang tidak beriman. Dan menyebabkan dia akan menjauh dari orang-orang yang shalih, orang-orang yang bertakwa, orang-orang yang mengamalkan As-Sunnah, dan orang-orang yang lurus dalam berislam. Hal tersebut merupakan suatu hal yang naluriah, manusiawi dan dapat diterima oleh setiap orang yang berakal sehat. Terutama jika muqallid (si pengikut) berpikir sedang terkucil maupun sedang menderita kegoncangan jiwa. Pada saat yang demikian itu bila ia mengikuti yang lainnya, maka ia akan merasakan bahwa yang diikutinya agung, akrab bersahabat, dan terasa menyatu dengannya. Kalau tidak, maka keserupaan lahiriah saja sudah cukup baginya. Keserupaan lahiriah ini direfleksikan ke dalam bentuk kebudayaan dan tingkah laku. Dan tidak bisa tidak, kelak akan berubah menjadi penyerupaan batin. Hal ini ialah proses yang normal dan dapat diterima oleh setiap orang yang mau mengamati persoalan ini dalam pola tingkah laku manusia (human being).
Kalau seseorang bepergian ke negeri lain maka ia akan menjadi orang asing di sana. Jika dia berjumpa dengan seseorang yang berpakaian sama dengan pakaiannya, kemudian mendiskusi dengan bahasa yang sama pula pasti akan timbul mawaddah (cinta) dan ilfah (rasa akrab bersahabat) lebih banyak dibanding kalau di negeri sendiri. Jadi bila seseorang merasakan serupa dengan lainnya, maka rasa persamaan ini akan membekas di dalam hatinya. Ini dalam masalah yang biasa. Lalu bagaimana andai seorang muslim menyerupakan diri dengan orang-orang kafir sebab kagum kepada mereka? Dan memang inilah yang kini banyak terjadi. Salahsatu hal yang tidak mungkin, seorang muslim bertaklid serta menokohkan orang kafir kalau tidak berawal dari rasa kagum, kemudian disusul dengan keperluan untuk mengikuti, mencontoh, dan hasilnya menumbuhkan rasa cinta yang mendalam yang disertai dengan sikap loyalitas yang tinggi. Hal itu bisa disimpulkan pada masa sekarang di mana banyak muslim yang bergaya hidup kebarat-baratan.
Bertasyabbuh terhadap orang-orang kafir dalam awalnya jadi menjerumuskan kepada kehinaan, kelemahan, kekerdilan (rendah diri), dan kekalahan. Oleh sebab itu, sikap bertasyabbuh dilarang keras. Demikianlah yang terjadi kepada segenap besar orang-orang yang menjejaki orang-orang kafir sekarang ini.
(Sumber Rujukan: Mantasyabbaha biqoumin Fahuwa Minhum, Doctor.Nashir Bin Abdul Karim Al-Aql)
Paket Umroh Ramadhan 2015 ,At-Tasyabbuh melalui bahasa diambil melalui sebutan al-musyabahah yang bertanda meniru atau mencontoh, menjalin atau mengaitkan diri, serta mengikuti. At-Tasybih bertanda peniruan. Serta mutasyabihah berarti mutamatsilat (serupa). Diistilahkan artinya serupa dengannya, meniru dan mengikutinya. Tasyabbuh yang dilarang di dalam Al-Quran serta As-Sunnah secara syar’i adalah menyerupai orang-orang kafir dalam seluruh jenis dan sifatnya, baik dalam aqidah, peribadatan, kebudayaan, maupun dalam pola tingkah laku yang membuktikan ciri khas mereka (kaum kafir).
tasyabbuh yaitu meniru terhadap orang-orang yang tidak shalih
Paket Umroh Bulan Ramadhan 2015 ,Termasuk dalam tasyabbuh adalah meniru terhadap orang-orang yang tidak shalih, meskipun mereka itu dari kalangan kaum muslimin, seperti orang-orang fasik, orang-orang awam serta jahil, atau orang-orang Arab (badui) yang tidak sempurna diennya (keislamannya). Oleh sebab itu,, secara global kita katakan bahwa seluruh sesuatu yang tidak termasuk ciri khusus orang-orang kafir, baik aqidahnya, adat-istiadatnya, peribadatannya, serta hal itu tidak bertentangan dengan nash-nash serta prinsip-prinsip syari’at, atau tidak dicemaskan hendak membawa kepada kerusakan, maka tidak termasuk tasyabbuh. Inilah pengertian secara global.
dibangun di atas pondasi yang dinamakan at-taslim
Paket Umroh Ramadhan 2015 ,Yg pertama kali hendak kita ketahui semacam dinyatakan dalam dalam beberapa peraturan Islam, bahwa dien (Islam) dibangun tadinya pondasi yang dinamakan at-taslim, seperti penyerahan diri secara totalitas kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya.
Sedangkan at-taslim sendiri bermakna membenarkan segala yang diberitahukan Alloh Subhanahu wa Ta’ala tunduk kepada perintah-perintah-Nya serta menjauhi larangan-larangan-Nya. Kemudian membenarkan apa-apa yang disampaikan Rasul-Nya, tunduk kepada perintah beliau, menjauhi larangannya dan mengikuti semua petunjuk-petunjuk beliau.
Jika kita sudah memahami kaidah-kaidah di atas, maka hendaklah seorang muslim untuk:
Paket Umroh Bulan Ramadhan 2015 ,Bertaslim dengan apa-apa yang dibawa Rasululloh Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam.
Merealisasikannya di dalam tiap amal perbuatan. Lalu ajaran yang beliau bawa di antaranya pantangan untuk bertasyabbuh bersama orang-orang kafir.
Sehabis bertaslim, berpikir nyaman dengannya dan percaya penuh dengan yang dikabarkan Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Iman dengan semua yang disyari’atkan-Nya dan mewujudkan dalam perbuatannya, maka tidak dicekal baginya untuk memilih dalam sebab dan musababnya (mempertanyakan kenapa semua itu diharuskan kepada manusia, ed). Maka kita bisa mengatakan, bahwa faktor yang mengakibatkan kita dilarang bertasyabbuh dengan orang-orang kafir banyak sekali sejumlah besar bisa diterima oleh nalar sehat dan fitrah yang suci.
Adapun penyebab timbulnya larangan tersebut, diantaranya:
Segala perbuatan masyarakat kafir pada dasarnya dibangun di atas pondasi kesesatan dlalalah dan kerusakan fasad. Inilah sebetulnya titik tolak seluruh perbuatan dan amalan orang-orang kafir, baik yang bersifat memukau anda maupun tidak, baik yang dzahir (nampak nyata) kerusakannya atau terselubung. Hal ini karena sebenarnya yang menjadi dasar semua pekerjaan orang-orang kafir ialah dlalal (sesat), inhiraf (menyeleweng dari kebenaran), dan fasad (rusak). Baik dalam aqidah, adat-istiadat, ibadah, perayaan-perayaan hari besar, maupun dalam pola tingkah lakunya. Adapun kebaikan yang mereka perbuat hanyalah merupakan suatu pengecualian tertentu. Oleh sebab itu, jika ditemukan dalam mereka perbuatan-perbuatan baik, jadi di sisi Alloh Subhanahu wa Ta’ala tidak menyediakan arti apa saja baginya dan tidak diberi pahala seminimpun. Seperti firman Alloh Subhanahu wa Ta’ala, yang artinya: “Dan Kami hadapi amal yang mereka kerjakan akhirnya Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang beterbangan.” (QS: Al-Furqan: 23)
Hubungan antara sang peniru dengan yang ditiru
Dgn bertasyabbuh bersama orang kafir, maka seorang muslim maka akan menjadi pengikut mereka. Yg bertanda dia telah menentang ataupun memusuhi Alloh Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya. Dan dia akan menyertai jalur orang-orang yang tidak beriman. Padahal dalam perkara ini terdapat petunjuk yang sangat keras sekali, seperti Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman, yang artinya: “Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesuadah pasti hadir kepadanya petunjuk dan menyertai jalannya orang-orang yang tidak beriman, Kami biarkan ia leluasa dengan kesesatannya (yakni menentang Rasul dan menyertai jalan orang-orang kafir,kemudian Kami seret ke pada Jahannam. Lalu Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.” (QS: An-Nisa’: 115)
Hubungan antara sang peniru dengan yang ditiru seperti yang terjadi antara sang pengikut dengan yang dilihat seperti penyerupaan bentuk yang diikutsertakan kecenderungan hati, keperluan untuk menolong serta menyetujui keseluruhan perkataan dan perbuatannya. Dan sikap itulah yang menjadi bagian dari unsur-unsur keimanan, di dimana seorang muslim tidak diminta untuk terlibat ke dalamnya.
Sejumlah besar tasyabbuh mewariskan rasa kagum dan mengokohkan orang-orang kafir. Dari sana timbullah rasa kagum di dalam agama, kebudayaan, pola tingkah laku, perangai, semua kebejatan dan kerusakan yang mereka miliki. Kekagumannya kepada orang kafir tersebut akan berdampak penghinaan kepada As-Sunnah, melecehkan kebenaran beserta petunjuk yang dibawa Rasululloh Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam dan para pendahulu umat ini yang sholeh. Karena barangsiapa yang menyerupai sebuah kaum pasti sepakat dengan fikrah (pemikiran) mereka dan ridla dengan semua aktivitasnya. Inilah gaya kekaguman terhadap mereka. Kebalikannya, ia tidak akan berpikir kagum terhadap semua hal yang bertentangan dengan apa yang dikagumi tersebut.
Musyabbahah (meniru-niru) itu mewariskan mawaddah (kasih sayang), mahabbah (kesetiaan), dan mawalah (loyalitas) terhadap orang-orang yang ditiru tesebut. Karena bagi seorang muslim jika meniru dan mengikuti orang-orang kafir, tidak bisa tidak, dalam hatinya ada rasa ilfah (akrab dan bersahabat) dengan mereka. Dan rasa akrab dan bersahabat ini akan tumbuh menjadi mahabbah (cinta), ridla beserta bersahabat kepada orang-orang yang tidak beriman. Dan menyebabkan dia akan menjauh dari orang-orang yang shalih, orang-orang yang bertakwa, orang-orang yang mengamalkan As-Sunnah, dan orang-orang yang lurus dalam berislam. Hal tersebut merupakan suatu hal yang naluriah, manusiawi dan dapat diterima oleh setiap orang yang berakal sehat. Terutama jika muqallid (si pengikut) berpikir sedang terkucil maupun sedang menderita kegoncangan jiwa. Pada saat yang demikian itu bila ia mengikuti yang lainnya, maka ia akan merasakan bahwa yang diikutinya agung, akrab bersahabat, dan terasa menyatu dengannya. Kalau tidak, maka keserupaan lahiriah saja sudah cukup baginya. Keserupaan lahiriah ini direfleksikan ke dalam bentuk kebudayaan dan tingkah laku. Dan tidak bisa tidak, kelak akan berubah menjadi penyerupaan batin. Hal ini ialah proses yang normal dan dapat diterima oleh setiap orang yang mau mengamati persoalan ini dalam pola tingkah laku manusia (human being).
Kalau seseorang bepergian ke negeri lain maka ia akan menjadi orang asing di sana. Jika dia berjumpa dengan seseorang yang berpakaian sama dengan pakaiannya, kemudian mendiskusi dengan bahasa yang sama pula pasti akan timbul mawaddah (cinta) dan ilfah (rasa akrab bersahabat) lebih banyak dibanding kalau di negeri sendiri. Jadi bila seseorang merasakan serupa dengan lainnya, maka rasa persamaan ini akan membekas di dalam hatinya. Ini dalam masalah yang biasa. Lalu bagaimana andai seorang muslim menyerupakan diri dengan orang-orang kafir sebab kagum kepada mereka? Dan memang inilah yang kini banyak terjadi. Salahsatu hal yang tidak mungkin, seorang muslim bertaklid serta menokohkan orang kafir kalau tidak berawal dari rasa kagum, kemudian disusul dengan keperluan untuk mengikuti, mencontoh, dan hasilnya menumbuhkan rasa cinta yang mendalam yang disertai dengan sikap loyalitas yang tinggi. Hal itu bisa disimpulkan pada masa sekarang di mana banyak muslim yang bergaya hidup kebarat-baratan.
Bertasyabbuh terhadap orang-orang kafir dalam awalnya jadi menjerumuskan kepada kehinaan, kelemahan, kekerdilan (rendah diri), dan kekalahan. Oleh sebab itu, sikap bertasyabbuh dilarang keras. Demikianlah yang terjadi kepada segenap besar orang-orang yang menjejaki orang-orang kafir sekarang ini.
(Sumber Rujukan: Mantasyabbaha biqoumin Fahuwa Minhum, Doctor.Nashir Bin Abdul Karim Al-Aql)