Semua jiwa pasti akan kembali kepada pemilik dan penciptanya
Paket Umroh Ramadhan 2015 ,Semua yang ada di dunia ini yaitu fana serta tiada yang kekal, tapi, bukan berarti telah berakhir sampai disini. Tapi menuju ke alam berikutnya ialah hari akhir, sebuah kehidupan yang kekal tiada berakhir. Semua jiwa pasti akan kembali kepada pemilik dan penciptanya yaitu Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Sehabis ditiup sangkakala yang kedua segala manusia dibangkitkan dari kuburan-kuburan mereka dalam kondisi tidak membawa apa saja, tidak beralas kaki, tidak berbusana, serta pula tidak berkhitan.
Manusia akan dibangkitkan pada hari kiamat dalam keadaan tidak beralas kaki, tidak berbusana
Paket Umroh Ramadhan 2015 ,Seperti hadits yang diriwayatkan Aisyah, bahwa baginda Rasululloh Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, yang artinya: “Manusia akan dibangkitkan di hari kiamat pada kondisi tidak beralas kaki, tidak berbusana, dan tidak berkhitan.” Lalu Aisyah berkata: “Wahai Rasululloh Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam! Apa semua para wanita serta laki-laki seperti itu, sehingga saling melihat diantara mereka? Beliau Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam menjawab, yang artinya: “Wahai Aisyah! Kondisi ketika itu amat ngeri dari pada sekedar menengok antara satu dengan yang lain.” (HR: Al Bukhari no 6527 dan Muslim no. 2859)
Selanjutnya manusia dikumpulkan di padang mahsyar menunggu penghisaban (perhitungan) segala amal perbuatannya semasa hidup di dunia. Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman, yang artinya: “Sebetulnya kepada Kami-lah mereka tentang kembali, kemudian sebetulnya keharusan Kami-lah menghisab mereka.” (QS: Al Ghasyiyah: 25-26)
Tahap penghisaban amal perbuatan manusia dipadang mahsyar
Paket Umroh Ramadhan 2015 ,Tahap penghisaban amal perbuatan manusia dipadang mahsyar termasuk bagian adzab dari Alloh Subhanahu wa Ta’ala bersama siapa yang dihisap di hari itu. Rasululloh Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam besabda, yang artinya: “Barangsiapa yang dihisab di hari kiamat bararti dia telah merasa adzab.” Aisyah berkata: “Wahai Rasululloh Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam tidakkah Alloh Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman (yang artinya): “(Adapun orang yang diberikan kitabnya dari bagian kanan) lalu dia akan dihisab dengan hisab yang mudah.”(QS: Al Insyiqaq: 8) Rasululloh Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam menjawab: “Sebetulnya itu adalah hanya memperlihatkan amalannya, akan tetapi barangsiapa yang diperiksa penghisabannya pada hari kiamat bertanda dia telah merasa adzab.” (HR: Muslim no. 2876)
bersandalkan dengan api neraka
Paket Umroh Bulan Ramadhan 2015 ,Pada hari penghisaban saja benar-benar mengerikan serta tersiksa. Bagaimana lagi dengan bentuk adzab dari Alloh Subhanahu wa Ta’ala di neraka jahannam nanti. Rasululloh Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam telah menggambarkan tingkatan neraka yang sangat ringan, seperti pada hadits yang shahih, yang artinya: “Sebetulnya adzab yang sangat ringan untuk penghuni neraka adalah seseorang yang bersandalkan dengan api neraka, jadi mendidihlah otaknya disebabkan dari panas kedua sandalnya.” (HR: Muslim no. 211)
mengantarkan ke dalam al janah tanpa hisab dan adzab
Akan tetapi Alloh Subhanahu wa Ta’ala Al Ghaffur (Yang Maha Pengampun) dan Ar Rahim (Yang Maha Pengasih) telah membentangkan rahmat-Nya yang amat luas. Diantara rahmat Alloh Subhanahu wa Ta’ala telah memberi intruksi kepada manusia tentang jalan yang bisa membawa ke dalam al janah tanpa hisab dan adzab. Jalan ini telah dijelaskan oleh Rasululloh Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam dalam haditsnya, yang artinya: “Akan masuk al jannah dari umatku tujuh puluh ribu tanpa hisab dan adzab (dalam riwayat lain; wajah-wajah mereka bercahaya bagaikan cahaya rembulan di bulan purnama).” Lalu Rasululloh Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam berdiri kemudian masuk ke dalam rumah. Sementara para shahabat Rasululloh Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam menduga-duga siapakah golongan mereka itu. Diantara para shahabat ada yang menduga; “Saya harap mereka ialah orang-orang yang menjadi sahabatnya”. Yang lain mengira; “Moga-moga mereka yaitu orang-orang yang lahir dalam kondisi Islam serta tdk pernah berbuat kesyirikan”, dan perkiraan-perkiraan yang lainnya. Lalu Rasululloh Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam pergi dari dari rumahnya serta mengkhabarkan sifat golongan yang bakal menjadi penghuni al jannah tanpa hisab serta adzab. Beliau Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, yang artinya: “Mereka itu merupakan orang-orang yang tidak minta kay (praktek pengobatan dengan menempelkan besi panas atau semisalnya pada bagian tubuh yang sakit), tidak minta ruqyah, dan tidak pula berfirasat sial (dengan sebab melihat sesuatu yang disangka ganjil seperti burung dan semisalnya), serta mereka bertawakkal penuh kepada Rabb mereka.” Lalu Ukasyah bin Mihshan berdiri seraya berkata: “(Wahai Rasululloh) berdo’alah kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala supaya aku termasuk golongan mereka. Rasululloh Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: “Engkau termasuk dalam golongan tersebut”. (HR: Al Bukhari no. 5752 dan Muslim no. 374)
Manusia Pilihan
Ciri Ciri Golongan Penghuni Al Jannah Tanpa Hisab Serta Adzab
Pertama: Tdk Minta Kay
Kay adalah praktek pengobatan dengan cara menempelkan besi maupun semisalnya yang telah dipanaskan kepada bagian tubuh yang sakit.
Rasululloh Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, yang artinya: “Penyembuhan itu dengan tiga hal: minum madu, berbekam, dan kay, akan tetapi aku melarang umatku dari pengobatan kay. (Dalam riwayat lain; Dan aku tidak mencintai pengobatan dengan kay)” (HR: Al Bukhari no. 5680)
Hadits-hadits tadinya menampakkan hukum pengobatan dengan kay adalah bisa akan tetapi makruh (dibenci), sehingga yang lebih utama adalah ditinggalkan. Hal ini karena Rasululloh Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam mencintai umatnya untuk meniggalkan pengobatan dengan cara kay. Lebih-lebih lagi berobat dengan kay mampu menjadi penghalang untuk sampai ke dalam Al Jannah tanpa hisab dan adzab.
Kedua: Tidak Minta Ruqyah
Ruqyah adalah praktek pengobatan dengan membacakan ayat-ayat Al Qur’an atau nama-nama dan sifat-sifat-Nya kepada si penderita. Karena seluruh ayat-ayat Al Qur’an itu sebagai obat hati dan jasmani. Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman, yang artinya: “Dan Kami menurunkan Al Qur’an itu sebagai obat dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS: Al Isra’: 82)
Namun yang menjadi penghalang untuk masuk bagian dari golongan penghuni al jannah tanpa hisab dan adzab ini khusus bagi orang yang minta ruqyah tidak yang meruqyah dirinya sendiri maupun orang lain yang meruqyahnya tanpa ada unsur permintaan darinya. Adapun kalau dia sendiri meruqyah itu terkadang perkara yang lebih utama, karena dia telah bertawakkal penuh kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala dan menjauhkan dirinya dari bergantung kepada selain Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Demikian pula orang lain yang meruqyah tanpa unsur permintaan dari si penderita itu pun tidak mengapa. Karena konteks hadits itu adalah yang bermakna “Tidak Meminta Ruqyah”.
Sesungguhnya malaikat Jibril pernah datang kepada Rasululloh Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam lalu berkata, yang artinya: “Wahai Muhammad, apakah engkau lagi sakit? Rasululloh Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam menjawab: Ya. Kemudian malaikat Jibril meruqyahnya tanpa permintaan dari Nabi Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam.” (HR: Muslim no. 2186)
Rasululloh Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam juga pernah ditanya tentang meruqyah, maka beliau Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, yang artinya: “Barangsiapa diantara kalian yang dapat memberikan manfaat bagi saudaranya, maka lakukanlah.” (HR: Muslim no. 2199)
Ketiga: Tidak Bertathayyur
Tathayyur adalah sikap berprasangka sial yang disandarkan kepada sesuatu yang dilihat atau pun yang didengar. Misalnya, kebiasaan orang Arab terdahulu bila hendak safar (berpergian) melihat arah terbangnya burung. Bila terbang ke arah kanan maka safar akan dilakukan, sebaliknya bila terbang ke arah kiri menujukkan kesialan maka safar dibatalkan. Begitu pula ada sebagian orang yang menganggap sial atau pertanda akan ada musibah bila mendengar suara burung gagak di malam hari atau bila melihat cecak jatuh. Diantara waktu-waktu, hari-hari, atau bulan-bulan pun ada yang dianggap sial untuk diselengarakan acara-acara tertentu. Dan sebagainya dari tanda-tanda yang dianggap sial yang tersebar dimasyarakat kita.
Tathayyur ini merupakan perbuatan terlarang. Karena telah menyandarkan kesialan kepada sesuatu yang sama sekali tidak ada hubungannya secara logis dan sebab musababnya. Termasuk aqidah kaum muslimin beriman kepada taqdir Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Bahwa segala sesuatu yang terjadi di muka bumi ini tarjadi atas kehendak Alloh Subhanahu wa Ta’ala semata. Bila Alloh Subhanahu wa Ta’ala menghendaki sesuatu pasti akan terjadi, dan sebaliknya bila Alloh Subhanahu wa Ta’ala tidak menghendaki sesuatu pasti tidak akan terjadi. Sehingga orang yang bertathayyur itu telah mengurangi nilai tawakkalnya kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala karena ia menyangka bahwa ada selain Alloh Subhanahu wa Ta’ala yang bisa mendatangkan kesialan.
Padahal Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman, yang artinya: “Ketahuilah, sesungguhnya kesialan mereka itu merupakan taqdir Alloh, akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahuinya.” (QS: Al A’raf: 131)
Keempat: Bertawakal Kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala
Bahwa sifat yang keempat ini merupakan buah dari tiga sifat sebelumnya. Maksudnya, dengan meninggalkan pengobatan kay, meninggalkan untuk meminta ruqyah dan meninggalkan tathayyur menunjukkan kemurnian tawakkal seseorang kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Karena seseorang tersebut telah melepas dari segala ikatan-ikatan ketergantungan kepada sesuatu selain Alloh Subhanahu wa Ta’ala dan menyandarkan nasib dan hasilnya itu hanya kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Sehingga barangsiapa yang benar-benar bertawakkal kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala, niscaya Alloh Subhanahu wa Ta’ala sebagai pencukupnya di dunia dan di akhirat kelak nanti akan digolongkan sebagai pewaris Al Jannah tanpa hisab dan tanpa adzab. Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman, yang artinya: “Barangsiapa yang bertawakkal kepada Alloh, maka Dia sebagai pencukup baginya.” (QS: Ath Thalaq: 3)
Perlu kita pahami disini, bukan berarti Islam melarang untuk berobat. Sesungguhnya sifat penghuni Al Jannah tanpa hisab dan adzab itu karena mereka meninggalkan pengobatan yang dibenci (makruh) disaat sangat membutuhkannya dengan mencukupkan dirinya untuk bertawakkal hanya kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Adapun berobat dengan sesuatu yang tidak dilarang maka tidak mengurangi tawakkal kita kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala.
Ada seseorang yang bertanya kepada Rasululloh Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam: “Wahai Rasululloh Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam bolehkah aku berobat? Rasululloh Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam seraya menjawab: “Tentu, wahai hamba Alloh berobatlah kalian. Karena Alloh Subhanahu wa Ta’ala tidak menciptakan penyakit melainkan pasti diciptakan pula obatnya, kecuali satu penyakit.” Kemudian para shahabat bertanya: “Apa itu (Wahai Rasululloh Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam) Rasululloh Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam menjawab: “Penyakit pikun (karena ketuaan).” (HR: Ahmad, dishahihkan Asy Syaikh Al Albani dalam Ghayatul Maram hal. 147). Semoga kita termasuk sebagai hamba Alloh Subhanahu wa Ta’ala yang berkesempatan dan diberikan hidayah serta kekuatan oleh Alloh Subhanahu wa Ta’ala; untuk menjadi Penghuni-Penghuni Al Jannah Tanpa Hisab dan Adzab. Amien….
Paket Umroh Ramadhan 2015 ,Semua yang ada di dunia ini yaitu fana serta tiada yang kekal, tapi, bukan berarti telah berakhir sampai disini. Tapi menuju ke alam berikutnya ialah hari akhir, sebuah kehidupan yang kekal tiada berakhir. Semua jiwa pasti akan kembali kepada pemilik dan penciptanya yaitu Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Sehabis ditiup sangkakala yang kedua segala manusia dibangkitkan dari kuburan-kuburan mereka dalam kondisi tidak membawa apa saja, tidak beralas kaki, tidak berbusana, serta pula tidak berkhitan.
Manusia akan dibangkitkan pada hari kiamat dalam keadaan tidak beralas kaki, tidak berbusana
Paket Umroh Ramadhan 2015 ,Seperti hadits yang diriwayatkan Aisyah, bahwa baginda Rasululloh Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, yang artinya: “Manusia akan dibangkitkan di hari kiamat pada kondisi tidak beralas kaki, tidak berbusana, dan tidak berkhitan.” Lalu Aisyah berkata: “Wahai Rasululloh Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam! Apa semua para wanita serta laki-laki seperti itu, sehingga saling melihat diantara mereka? Beliau Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam menjawab, yang artinya: “Wahai Aisyah! Kondisi ketika itu amat ngeri dari pada sekedar menengok antara satu dengan yang lain.” (HR: Al Bukhari no 6527 dan Muslim no. 2859)
Selanjutnya manusia dikumpulkan di padang mahsyar menunggu penghisaban (perhitungan) segala amal perbuatannya semasa hidup di dunia. Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman, yang artinya: “Sebetulnya kepada Kami-lah mereka tentang kembali, kemudian sebetulnya keharusan Kami-lah menghisab mereka.” (QS: Al Ghasyiyah: 25-26)
Tahap penghisaban amal perbuatan manusia dipadang mahsyar
Paket Umroh Ramadhan 2015 ,Tahap penghisaban amal perbuatan manusia dipadang mahsyar termasuk bagian adzab dari Alloh Subhanahu wa Ta’ala bersama siapa yang dihisap di hari itu. Rasululloh Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam besabda, yang artinya: “Barangsiapa yang dihisab di hari kiamat bararti dia telah merasa adzab.” Aisyah berkata: “Wahai Rasululloh Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam tidakkah Alloh Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman (yang artinya): “(Adapun orang yang diberikan kitabnya dari bagian kanan) lalu dia akan dihisab dengan hisab yang mudah.”(QS: Al Insyiqaq: 8) Rasululloh Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam menjawab: “Sebetulnya itu adalah hanya memperlihatkan amalannya, akan tetapi barangsiapa yang diperiksa penghisabannya pada hari kiamat bertanda dia telah merasa adzab.” (HR: Muslim no. 2876)
bersandalkan dengan api neraka
Paket Umroh Bulan Ramadhan 2015 ,Pada hari penghisaban saja benar-benar mengerikan serta tersiksa. Bagaimana lagi dengan bentuk adzab dari Alloh Subhanahu wa Ta’ala di neraka jahannam nanti. Rasululloh Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam telah menggambarkan tingkatan neraka yang sangat ringan, seperti pada hadits yang shahih, yang artinya: “Sebetulnya adzab yang sangat ringan untuk penghuni neraka adalah seseorang yang bersandalkan dengan api neraka, jadi mendidihlah otaknya disebabkan dari panas kedua sandalnya.” (HR: Muslim no. 211)
mengantarkan ke dalam al janah tanpa hisab dan adzab
Akan tetapi Alloh Subhanahu wa Ta’ala Al Ghaffur (Yang Maha Pengampun) dan Ar Rahim (Yang Maha Pengasih) telah membentangkan rahmat-Nya yang amat luas. Diantara rahmat Alloh Subhanahu wa Ta’ala telah memberi intruksi kepada manusia tentang jalan yang bisa membawa ke dalam al janah tanpa hisab dan adzab. Jalan ini telah dijelaskan oleh Rasululloh Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam dalam haditsnya, yang artinya: “Akan masuk al jannah dari umatku tujuh puluh ribu tanpa hisab dan adzab (dalam riwayat lain; wajah-wajah mereka bercahaya bagaikan cahaya rembulan di bulan purnama).” Lalu Rasululloh Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam berdiri kemudian masuk ke dalam rumah. Sementara para shahabat Rasululloh Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam menduga-duga siapakah golongan mereka itu. Diantara para shahabat ada yang menduga; “Saya harap mereka ialah orang-orang yang menjadi sahabatnya”. Yang lain mengira; “Moga-moga mereka yaitu orang-orang yang lahir dalam kondisi Islam serta tdk pernah berbuat kesyirikan”, dan perkiraan-perkiraan yang lainnya. Lalu Rasululloh Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam pergi dari dari rumahnya serta mengkhabarkan sifat golongan yang bakal menjadi penghuni al jannah tanpa hisab serta adzab. Beliau Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, yang artinya: “Mereka itu merupakan orang-orang yang tidak minta kay (praktek pengobatan dengan menempelkan besi panas atau semisalnya pada bagian tubuh yang sakit), tidak minta ruqyah, dan tidak pula berfirasat sial (dengan sebab melihat sesuatu yang disangka ganjil seperti burung dan semisalnya), serta mereka bertawakkal penuh kepada Rabb mereka.” Lalu Ukasyah bin Mihshan berdiri seraya berkata: “(Wahai Rasululloh) berdo’alah kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala supaya aku termasuk golongan mereka. Rasululloh Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: “Engkau termasuk dalam golongan tersebut”. (HR: Al Bukhari no. 5752 dan Muslim no. 374)
Manusia Pilihan
Ciri Ciri Golongan Penghuni Al Jannah Tanpa Hisab Serta Adzab
Pertama: Tdk Minta Kay
Kay adalah praktek pengobatan dengan cara menempelkan besi maupun semisalnya yang telah dipanaskan kepada bagian tubuh yang sakit.
Rasululloh Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, yang artinya: “Penyembuhan itu dengan tiga hal: minum madu, berbekam, dan kay, akan tetapi aku melarang umatku dari pengobatan kay. (Dalam riwayat lain; Dan aku tidak mencintai pengobatan dengan kay)” (HR: Al Bukhari no. 5680)
Hadits-hadits tadinya menampakkan hukum pengobatan dengan kay adalah bisa akan tetapi makruh (dibenci), sehingga yang lebih utama adalah ditinggalkan. Hal ini karena Rasululloh Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam mencintai umatnya untuk meniggalkan pengobatan dengan cara kay. Lebih-lebih lagi berobat dengan kay mampu menjadi penghalang untuk sampai ke dalam Al Jannah tanpa hisab dan adzab.
Kedua: Tidak Minta Ruqyah
Ruqyah adalah praktek pengobatan dengan membacakan ayat-ayat Al Qur’an atau nama-nama dan sifat-sifat-Nya kepada si penderita. Karena seluruh ayat-ayat Al Qur’an itu sebagai obat hati dan jasmani. Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman, yang artinya: “Dan Kami menurunkan Al Qur’an itu sebagai obat dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS: Al Isra’: 82)
Namun yang menjadi penghalang untuk masuk bagian dari golongan penghuni al jannah tanpa hisab dan adzab ini khusus bagi orang yang minta ruqyah tidak yang meruqyah dirinya sendiri maupun orang lain yang meruqyahnya tanpa ada unsur permintaan darinya. Adapun kalau dia sendiri meruqyah itu terkadang perkara yang lebih utama, karena dia telah bertawakkal penuh kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala dan menjauhkan dirinya dari bergantung kepada selain Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Demikian pula orang lain yang meruqyah tanpa unsur permintaan dari si penderita itu pun tidak mengapa. Karena konteks hadits itu adalah yang bermakna “Tidak Meminta Ruqyah”.
Sesungguhnya malaikat Jibril pernah datang kepada Rasululloh Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam lalu berkata, yang artinya: “Wahai Muhammad, apakah engkau lagi sakit? Rasululloh Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam menjawab: Ya. Kemudian malaikat Jibril meruqyahnya tanpa permintaan dari Nabi Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam.” (HR: Muslim no. 2186)
Rasululloh Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam juga pernah ditanya tentang meruqyah, maka beliau Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, yang artinya: “Barangsiapa diantara kalian yang dapat memberikan manfaat bagi saudaranya, maka lakukanlah.” (HR: Muslim no. 2199)
Ketiga: Tidak Bertathayyur
Tathayyur adalah sikap berprasangka sial yang disandarkan kepada sesuatu yang dilihat atau pun yang didengar. Misalnya, kebiasaan orang Arab terdahulu bila hendak safar (berpergian) melihat arah terbangnya burung. Bila terbang ke arah kanan maka safar akan dilakukan, sebaliknya bila terbang ke arah kiri menujukkan kesialan maka safar dibatalkan. Begitu pula ada sebagian orang yang menganggap sial atau pertanda akan ada musibah bila mendengar suara burung gagak di malam hari atau bila melihat cecak jatuh. Diantara waktu-waktu, hari-hari, atau bulan-bulan pun ada yang dianggap sial untuk diselengarakan acara-acara tertentu. Dan sebagainya dari tanda-tanda yang dianggap sial yang tersebar dimasyarakat kita.
Tathayyur ini merupakan perbuatan terlarang. Karena telah menyandarkan kesialan kepada sesuatu yang sama sekali tidak ada hubungannya secara logis dan sebab musababnya. Termasuk aqidah kaum muslimin beriman kepada taqdir Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Bahwa segala sesuatu yang terjadi di muka bumi ini tarjadi atas kehendak Alloh Subhanahu wa Ta’ala semata. Bila Alloh Subhanahu wa Ta’ala menghendaki sesuatu pasti akan terjadi, dan sebaliknya bila Alloh Subhanahu wa Ta’ala tidak menghendaki sesuatu pasti tidak akan terjadi. Sehingga orang yang bertathayyur itu telah mengurangi nilai tawakkalnya kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala karena ia menyangka bahwa ada selain Alloh Subhanahu wa Ta’ala yang bisa mendatangkan kesialan.
Padahal Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman, yang artinya: “Ketahuilah, sesungguhnya kesialan mereka itu merupakan taqdir Alloh, akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahuinya.” (QS: Al A’raf: 131)
Keempat: Bertawakal Kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala
Bahwa sifat yang keempat ini merupakan buah dari tiga sifat sebelumnya. Maksudnya, dengan meninggalkan pengobatan kay, meninggalkan untuk meminta ruqyah dan meninggalkan tathayyur menunjukkan kemurnian tawakkal seseorang kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Karena seseorang tersebut telah melepas dari segala ikatan-ikatan ketergantungan kepada sesuatu selain Alloh Subhanahu wa Ta’ala dan menyandarkan nasib dan hasilnya itu hanya kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Sehingga barangsiapa yang benar-benar bertawakkal kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala, niscaya Alloh Subhanahu wa Ta’ala sebagai pencukupnya di dunia dan di akhirat kelak nanti akan digolongkan sebagai pewaris Al Jannah tanpa hisab dan tanpa adzab. Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman, yang artinya: “Barangsiapa yang bertawakkal kepada Alloh, maka Dia sebagai pencukup baginya.” (QS: Ath Thalaq: 3)
Perlu kita pahami disini, bukan berarti Islam melarang untuk berobat. Sesungguhnya sifat penghuni Al Jannah tanpa hisab dan adzab itu karena mereka meninggalkan pengobatan yang dibenci (makruh) disaat sangat membutuhkannya dengan mencukupkan dirinya untuk bertawakkal hanya kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Adapun berobat dengan sesuatu yang tidak dilarang maka tidak mengurangi tawakkal kita kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala.
Ada seseorang yang bertanya kepada Rasululloh Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam: “Wahai Rasululloh Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam bolehkah aku berobat? Rasululloh Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam seraya menjawab: “Tentu, wahai hamba Alloh berobatlah kalian. Karena Alloh Subhanahu wa Ta’ala tidak menciptakan penyakit melainkan pasti diciptakan pula obatnya, kecuali satu penyakit.” Kemudian para shahabat bertanya: “Apa itu (Wahai Rasululloh Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam) Rasululloh Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam menjawab: “Penyakit pikun (karena ketuaan).” (HR: Ahmad, dishahihkan Asy Syaikh Al Albani dalam Ghayatul Maram hal. 147). Semoga kita termasuk sebagai hamba Alloh Subhanahu wa Ta’ala yang berkesempatan dan diberikan hidayah serta kekuatan oleh Alloh Subhanahu wa Ta’ala; untuk menjadi Penghuni-Penghuni Al Jannah Tanpa Hisab dan Adzab. Amien….